Rusinah Baskha. Powered by Blogger.

Friday, June 20, 2014

Bawang merah bawang Putih

Dahulu kala, ada sebuah desa yang
bernama Desa “BUMBU”. Desa ini
sangat subur, pepohonan lebat tumbuh
di sana, air yang melimpah dan jernih
mengalir dari sungai di desa ini.
Penduduknya pun hidup makmur dan
sangat ramah. Di desa di hilir sungai
ini tinggalah sebuah keluarga kecil
yang bahagia dan sejahtera. Keluarga
tersebut adalah Ayah Bawang, Ibu
bawang daun, dan putrinya, Bawang
putih. Ayah Bawang bekerja di lapak
miliknya di pasar. Bawang Putih
sendiri adalah seorang anak yang
baik, dia rajin dan selalu membantu
orang tuanya. Keluarga ini sangat
harmonis. Berbeda dengan
tetangganya yang bernama Bawang
Merah, dia sangat malas dan manja.
Dia hanya hidup bersama Ibunya
karena ayahnya sudah lama
meninggal.
(di teras rumah – pagi hari)
Ayah Bawang : istriku
Ibu Bawang Daun : iyaaa
Ayah bwang : Ayah pamit kerja ya
Ibu bawang Daun : Iya suamiku
Ayah Bawang : loh, mana putri kita si
putih?
Ibu Bawang Daun : nah itu dia lagi
nyapu di depan, putiih…
Bawang Putih : ada apa ibu?
Ibu Bawang Daun : itu nak ayahmu mau
pamit kerja, ayah jadi berangkat
sekarang?
Ayah Bawang : iya bu, kalian hati-hati
di rumah ya
Ibu Bawang Daun : oh iya yah, nanti
Putih akan mengantarkan makan siang
ayah.
Ayah Bawang : baiklah, ayah tunggu
nanti siang. kalo begitu ayah pergi
dulu ya..assalamualaikum. (salim)
Ibu Bawang Daun + Bawang Putih :
waalaikumsalam.
Ayah bawang putih pun pergi ke pasar.
Dia berjualan di lapak miliknya.
Tinggallah bawang putih dan ibunya di
rumah tersebut. Karena tidak tega
melihat ibunya yang sedang sakit itu
mencuci di sungai, bawang putih pun
menggantikan ibunya.
Ibu Bawang Daun : Putih, ibu mau
mencuci baju di sungai. Kamu jaga
rumah ya nak…
Bawang Putih : biar Putih saja buk
yang pergi ke sungai, ibu di rumah
saja.
Ibu Bawang Daun : tapi nak…
Bawang Putih : tidak apa-apa bu, ibu
istirahat saja di rumah.
Ibu Bawang Daun : kau memang anak
yang sangat baik, ibu bangga punya
anak sepertimu (membelai Bawang
Putih)
Bawang Putih : Putih juga senang
punya orang tua seperti ayah dan ibu
(memeluk ibunya)
Ibu Bawang Daun : ibu sayang sekali
sama kamu nak. Ya sudah, pergilah
sebelum matahari terlalu terik.
Bawang Putih : baiklah bu, Putih ambil
baju kotornya dulu. (mengambil baju
kotor)
Ibu Bawang Daun : iya nak.
Bawang Putih : Putih pergi dulu bu,
assalamualaikum.
Ibu Bawang Daun : waalaikumsalam,
hati-hati di jalan. Putih…putih tidak
terasa kini kau telah tumbuh dewasa.
Cantik, baik, dan berbakti pada orang
tua. Betapa bahagianya aku. Terima
kasih Tuhan, dia adalah anugerah
terindah dalam hidup hamba.
Bawang putih pun pergi ke sungai
untuk mencuci. Ternyata bawang
merah dan ibunya sudah mengintai dari
balik pohon dan merencanakan hal
buruk.
Ibu Bawang Merah : hahaha. bagus,
Ini saatnya kita menjalankan rencana
anakku.
Bawang Merah : benar mah ! ayo cepat
mumpung ibu bawang daun lagi
sendirian tuh!
Akhirnya bawang merah dan ibunya
datang ke rumah bawang putih dengan
membawa kue yang telah dicampur
dengan racun.
Ibu Bawang Merah : selamat pagi bu.
Ibu Bawang Daun : eh ibu, selamat
pagi.
Ibu Bawang Merah : Lagi sendirian ya?
Kemana si putih?
Ibu Bawang Daun : si putih sedang
mencuci baju di sungai. Oh iya
ngomong-ngomong ada apa ibu datang
kemari?
Bawang Merah : ini loh bik, kami
bawakan kue yang sangaaat enak!
Ibu Bawang Daun : wah ada acara apa
ini?
Ibu Bawang Merah : tidak ada acara
apa-apa sih buk. Kebetulan saya lagi
mencoba resep baru.
Ibu Bawang Daun : sepertinya enak
sekali ya bu. Terima kasih ya. Ayo
buk, mari kita makan bersama.
Bawang Merah : oh tidak- tidak bik,
terima makasih, tadi kami sudah
makan di rumah. Yang ini kta bawakan
khusus untuk bibik.
Ibu Bawang Daun : oh, begitu. Sekali
lagi terima kasih yaa
Bawang Merah : sama- sama
Ibu Bawang Merah : yasudah buk, kalo
begitu kita pulang dulu ya.
Asalamualaikum.
Ibu Bawang Daun : walaikumsalam.
Tapi aneh sekali, tidak biasanya
mereka bersikap baik. Ah tidak,
mungkn ini hanya perasaanku saja.
Aku tidak boleh berprasangka buruk.
Ibu bawang daun pun memakan kue
yang pemberian Bawang Merah dan
Ibunya.
Ibu Bawang Daun : ahh… kenapa ini,
tolong…tolong..(sekarat)
Ibu Bawang Merah : HAHAHAHAHA
rasain kamu ! sebentar lagi kau akan
mati, dan suamimu akan menikah
denganku ! otomatis seluruh hartanya
akan menjadi milikku!
Bawang Merah : benar mah ! setelah
ini kita akan jadi kaya raya!
Akhirnya ibu bawang daun
menghembuskan napas terakhirnya.
Beberapa saat kemudian Bawang Putih
pulang dari sungai. Dia sangat
terkejut melihat ibunya tergeletak di
lantai dan sudah tak bernyawa.
Bawang Putih menjatuhkan keranjang
cuciannya dan berteriak histeris.
Bawang Putih : Ibu !!!! IBU !!! ibuku
kenapa? IBUUUUUUUUUUUUUUU!!!
Bangun!!!
Sejak kehilangan sosok ibu yang
sangat menyayanginya, bawang putih
amat merasa kesepian dan kerap
menyendiri di kamarnya. Pada saat itu
Ibu Bawang Merah sering berkunjung
ke rumahnya untuk membawa
makanan, bahkan membantu bawang
putih membersihkan rumah dan
memasak. Hal itulah yang membuat
Ayah Bawang tertarik untuk menikahi
Ibu Bawang Merah agar putrinya tidak
kesepian lagi. Pernikahan dirayakan
dengan sangat sederhana. Hanya
beberapa tetangga dan keluarga yang
datang menghadari acara ini.
Ibu Bawang Merah : aduuuh,
penghulunya kemana sih? Lama
banget.
Ayah Bawang : mungkin penghulunya
masih di perjalanan.
Ibu Bawang Merah : ah, emang dasar
malas tu penghulu. (sambil berdiri
mondar
mandir).
Ayah Bawang : duduklah, sabarlah
dulu.
Setelah menunggu lama akhirnya
penghulu datang juga. Dia datang
dengan tergopoh-gopoh.
Penghulu : assalamualaikum, maaf
saya terlambat. (logat madura)
Ibu Bawang Merah : bapak ini dari
mana aja sih. (sambil berlari
menghampiri penghulu)
Penghulu : maaf buk maaf
Ibu Bawang Merah : ah alasan saja
Penghulu : sekali lagi maaf buk.
Ibu Bawang Merah : sudahlah, kita
mulai saja sekarang (sambil menarik
penghulu).
Penghulu : ya saya nikkahkan pak
bappaknya bawang putih ngan dengan
buk ibuknya bawang merah, ngan
dengan mas kawin sepperangkat bu
bumbu dappur di bayar tunai.
Ayah Bawang : saya terima nikahnya
Ibu bawang merah dengan mas kawin
seperangkat bumbu dapur di bayar
tunai.
Penghulu : na bagaimana si saksi ? sah
apa nggak ini??
Saksi : saaaaaah~ alhamdulilah.
Setelah acara pernikahan itu, Ayah
Bawang, ibu bawang merah, bawang
putih, dan bawang merah hidup
bersama di rumah bawang putih.
Ketika Ayah Bawang di rumah, mereka
memeperlakukan bawang putih dengan
sangat baik. Namun, ketika ayah
keluar rumah mereka berlaku buruk
pada Bawang Putih. Mereka kerap
memarahi Bawang Putih dan
memberinya pekerjaan berat.
(di ruang tamu – pagi hari)
Ibu Bawang Merah : hey kau bawang
merah, sapu sapu dong yang rajin
kayak bawang putih. Sapu sampai
bersih.
Bawang Merah : iya iya bu!
Bawang Putih : biar aku bantu yaaa..
Bawang Merah : tidak usah!
Ibu Bawang Merah : sudah sudah,
bawang putih sini nak. Kamu duduk
bersama ibu dan ayah.
Bawang Putih : baik bu
Ibu Bawang Merah : eh sebentar, ibu
buatkan teh dulu
Ayah Bawang : aku harus pergi ke
pasar bu.
Ibu Bawang Merah : nanti dulu lah
yah, minum teh dulu (bergegas menuju
dapur)
Ayah Bawang : baiklah kalau begitu.
Bawang Putih : ayah, putih boleh
bantu ayah di pasar?
Ayah Bawang : nggak usah lah nak.
Kamu di rumah saja. Meraaah,
kemarilah, duduklah di sini.
Bawang Merah : sebentar yah, aku
selesaikan dulu pekerjaanku.
Ayah Bawang : kalian memang anak-
anak ayah yang rajin, ayah bangga
dengan kalian.
Bawang Merah : oh iya putih, setelah
ini kamu bisa membantuku mencuci di
sungai?
Bawang Putih : oh dengan senang hati,
aku ambil baju kotor dulu ya..
(mengambil baju kotor)
Bawang Merah : yasudah cepat
………………. ayah, kami berangkat ya
Ayah Bawang : iya, hati-hati di jalan
nak.
Ibu Bawang Merah : kemana anak-
anak yah?
Ayah Bawang : mereka pergi ke sungai
bu.
Ibu Bawang Merah : o begitu. Ini
diminum dulu tehnya yah.
Ayah Bawang : terima kasih bu
(meminum teh)
Ayah bawang meminum teh yang
ternyata telah dicampur dengan racun
oleh ibu bawang merah. Beberapa saat
kemudian dia merasakan perutnya
sangat sakit. Ayah bawang mengalami
nasib yang sama seperti istrinya, ia
meninggal dunia di racun oleh Ibu
Bawang Merah.
Ayah Bawang : aduh, kenapa perutku
sakit sekali.
Ibu Bawang Merah : kenapa yah? Kau
baik-baik saja kan? (berpura-pura
peduli)
Ayah Bawang : sakit sekali, aku tidak
tahan lagi..aduh, ahh (terjatuh di
lantai)
Ibu Bawang Merah : ayah, ayah
kenapa? (menggoyang-gayangkan
tubuh suaminya sambil memastikan
apakah suaminya sudah meninggal).
Hahaha….RASAIN KAU !! sekarang
semuanya menjadi miliku ! haha.
Beberapa saat kemudian Bawang Putih
pulang dari sungai. Namun, dia
mendapati ayahnya telah tak
bernyawa. Ketika mengetahui ayahnya
telah tiada, ia menangis tersedu-
sedu.
Bawang putih : AYAAAAAAAAAAAH !!!
ayah bangun – bangun !!
Bawang Merah :
Ayaaaaaaaaahhhhh !!!!! ayah
kenapa ??
Peri : lihat saja. Kelak akan ada
bencana yang menghampiri bawang
merah dan ibunya. Karna semua yang
mereka perbuat akan mendapat
balasan yang setimpal. *triiiing.
Kini ayah dan ibu bawang putih telah
tiada. Bawang putih sangat merasa
sedih, dia selalu dijadikan pembantu
oleh ibu tirinya dan bawang merah.
Bawang Merah :
Putiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiihhhh !!!!!
Bawang Putih : iya kak, ada apa??
Ibu Bawang Merah : heh kamu! Cepat
siapkan makanan !
Bawang Putih : iya bu, akan putih
siapkan
(meletakkan makanan di meja )
Bawang Putih : (duduk )
Bawang Merah : ngapain kamu duduk
disini ??
Bawang Putih : putih ingin makan
bersama ibu dan kakak
Ibu Bawang Merah : enak aja! Kamu
tuh ngga pantes duduk disini. Sudah
sana bersihkan rumah.
Bawang Merah : tau nih, sana sana !
ngilangin selera makan aja .
Ibu Bawang : heh heh ! putihhhhh, tuh
masih ada yang kotor ! yang bener
doong !!!!
Bawang Merah : gimana sih? Nyapu aja
nggak becuss ! ( sambil menjatuhkan
tisu di lantai )
Bawang Putih : bawang merah,
hentikan. Lantai tak akan bersih jika
kau terus mengotorinya seperti ini.
Ibu Bawang : berani kau !! diam !
kerjakan yang benar!!
Bawang Merah : dan jangan lupa nanti
cucikan semua bajuku !
Ibu bawang dan bawang merah pun
pergi jalan – jalan ke pasar
sedangkan bawang putih harus
membereskan pekerjaan rumah.
Beberapa saat kemudian, datanglah
cabe ijo..
Cabe ijo : bawang putih – bawang
putih, kau tak kenapa – kenapa kan?
Bawang Putih : aku baik – baik saja.
Ada apa cabe ijo?
Cabe ijo : ini aku mengantarkan
undangan pesta panen dari pangeran.
Pangeran mengundang semua warga di
desa bumbu ini. Kau jangan lupa
datang ya. Kalau bisa kau jangan
beritahu bawang merah dan ibunya !
biar mereka tau rasa.
Bawang Merah : apa kau bilang ??
berikan undangan itu padaku !!
Ibu Bawang Merah : hey bocah
ingusan ! berani – beraninya kau !!
pergi sana !!
Cabe ijo : kalian memang benar –
benar jahat..
Bawang Putih : sudah cabe ijo ayo kita
pergi, antarkan aku ke sungai.
(Bawang putih dan cabe ijo pun pergi
ke sungai.)
Ibu Bawang Merah : hanya kita berdua
saja yang boleh datang ke pesta panen
ini. Dan biarkan bawang putih
sendirian disini !
Bawang Merah : betul itu mah !
Saat di sungai bawang putih dan cabe
ijo bertemu dengan bawang bombay,
bawang bombay adalah teman baik
bawang merah.
Bawang Putih : apa kabar bawang
bombay ?
Bawang Bombay : tadinya baik. Karna
ada kau jadi buruk deh!
Cabe Ijo : biasa aja deh ! bawang
putih kan nanya baik – baik !
Bawang Bombay : diem deh kamu ! heh
bawang putih, itu baju milik ibu tirimu
ya ?
Bawang Putih : iya memangnya
kenapa ?
Bawang Bombay : pinjam dong.
Bawang Putih : untuk apa ?
Bawang Bombay : untuk di hanyutkan.
(menghanyutkan baju milik ibu
bawang )
Cabe Ijo : hey kau !! apa salah
bawang putih !!
Bawang Putih : kenapa kau
melakukannya ? cabe ijo bantu aku
mengejar baju itu.
Bawang Bombay : maaf ya bawang
putih yang malang. Ini perintah dari
bawang
merah. Sekarang aku akan menemui
bawang merah untuk
melaporkannya.
Bawang putih dan cabe ijo pun terus
mengejar baju yang hanyut itu tapi
sayangnya baju itu sudah menghilang
entah hanyut kemana.
Cabe Ijo : kau pasti akan kena marah
oleh ibu tiri mu.
Bawang Putih : bagaimana ini, aduuh
ibu akan sangat marah besar padaku.
(nangis)
Cabe Ijo : sudahlah lebih baik kita
pulang dulu.
Bawang putih pun pulang ke rumah dan
menceritakan kepada ibunya tentang
baju yang hanyut itu.
Bawang Putih : ibu…. maafkan putihh
Ibu Bawang Merah : tunggu tunggu…
ada apa ini ??
Bawang utih : baju ibuuu……
Ibu bawang Merah :kenapa bajuku?
Bawang Merah : Pasti hilang deh
Bawang Putih : maafkan putih bu,
putih tidak sengaja
Ibu Bawang : DASAR ANAK CEROBOH,
bodoh sekali kau !! (menyeret bawang
putih)
Bawang Putih : maafkan saya bu !
maaf (nangis, bersujud)
Bawang Merah : maaf maaf ! enak aja
kamu minta maaf. Kamu tahu nggak?
Itu baju tuh mahal! cari baju itu
sampai ketemu !!
Bawang Putih : baiklah kakak
Ibu Bawang : heh ! jangan pulang
sampai BAJU ITU DITEMUKAN,
NGERTIII !!
Bawang Merah : ya sudah lah ma, kita
masuk saja.
Akhirnya bawang putih pergi ke
sungai, dengan sedih bawang putih
terus mencari baju itu sampai larut
malam. Disana dia ditemui oleh
seorang peri .
Bawang Putih : bagaimana ini, sudah
larut malah tapi baju itu belum di
temukan.
Peri : tenanglah nak~ aku akan
membantumu~
Bawang Putih : suara siapa itu ? siapa
kau?
Peri : bawang putih. Aku adalah peri
cantik, aku akan membantumu untuk
menemukan baju ibu tirimu.
Bawang Putih : kau peri ? peri ?
perii.. tolong bantu aku.
Peri : tentu saja aku akan
membantumu.
Bawang Putih : benarkah apa yang kau
katakan itu?
Peri : yah, pasti.
Bawang Putih : terimakasih peri, apa
yang harus ku lakukan?
Peri : sekarang pergilah ke sebuah
rumah mewah. Disanalah kau akan
menemukan baju itu.
Bawang Putih : rumah pangeran yang
akan mengadakan pesta panen itu ?
Peri : iya benar, disana tempatnya.
Bawang Putih : terima kasih peri.
Peri : baiklah putih, mari aku antar ke
sana.
Bawang Putih pun pergi ke rumah
pangeran yang sedang mengadakan
pesta panen.
(Istana)
Bawang Putih : peri~ disinikah ? tapi
bagaimana bisa ? aku dekil, pasti tidak
di boleh kan untuk masuk.
Peri : cobalah masuk.
Pengawal : heh ! mana undangannya ?
Bawang Putih : undangan apa ?
Pengawal : undangan pesta panen, jika
kau punya undangan maka kau boleh
masuk.
Bawang Putih : aku tak punya
undangan yang kalian maksud!
Pengawal : dasar gembel ! pergi kau !!
Bawang Putih : tapi…tapi..
Pengawal : ah, sudahlah pergi kau !
Bawang Putih : peri~ bagaimana ini ?
aku harus menemukan baju itu
sekarang?
Peri : kemarilah~ pegang tanganku.
Aku akan membuat pengawal itu
mengijinkan mu masuk. Aku akan
menghipnotis dia.
1..2..3..4..5..
Pengawal : ah, apa ini ( menghindari
terjangan angin)
Bawang Putih : permisi
Pengawal : oh nona kau cantik sekali.
Bawang Putih : bolehkah aku masuk?
Pengawal : tentu saja, silahkan.
Bawang putih pun masuk ke istana.
Peri : pergilah ke samping rumah ini
tempat dimana air sungai mengalir,
disana akan ada baju ibumu.
Setelah berhasil masuk ke dalam rumah
mewah itu, Bawang Putih pun pergi ke
samping rumah itu. Sedangkan bawang
merah dan Ibunya sudah berada
diantara ramainya tamu yang datang.
Bawang merah dan ibunya kemudian
menemui pangeran.
Bawang Merah : halo pangeran
tampan. Apa kabar ?
Bawang Bombay : waaaah, pangeran
tampan sekali.
Pangeran : baik~ terimakasih atas
kedatangan kalian.
Ibu Bawang Merah : wah wah. Kau
sangat tampan malam ini. Begitu
pulang dengan putriku yang cantik
jelita.
Pangeran : terimakasih. Kudengar kau
mempunyai sudara bernama bawang
putih. Dimana dia ?
Bawang Merah : apa ??? bawang
putih ?? dia bukan saudaraku lagi !!
Pangeran : benarkah? Apa kau tak
membohongiku??
Bawang Merah : sungguh ! aku tak
membohongimu pangeran~ kalau kamu
tak percaya tanya saja pada bawang
bombay.
Pangeran : bawang bombay, benar dia
tak mempunyai saudara bernama
bawang putih ?
Bawang Bombay : benar. Bawang putih
hanyalah pesuruh.
Pangeran : baiklah aku percaya,
sekarang silakan masuk.
Di sungai tepat di samping rumah itu,
akhirnya bawang putih berhasil
menemukan baju yang hanyut.
Bawang Putih : terimakasih peri. Kau
sangat baik.
Peri : ini sudah menjadi tugasku. Ini
aku punya beberapa perhiasan
untukmu. Pakailah. Jika ada oranglain
yang memakainya, maka orang itu
akan mendapatkan bahaya.
Bawang Putih : terimakasih peri.
Setelah menemukan baju ibunya.
Bawang putihpun berjalan menuju
gerbang keluar untuk pulang.
Pangeran melihat bawang putih yang
berjalan terburu – buru menuju
gerbang dan segera mengejarnya.
Akhirnya Pengeran berhasil mengejar
bawang putih dan mereka saling
bertatapan..
Pangeran : hei kau !! kau !! kau
bawang putih kan??
Bawang Putih : pangeran? (mencoba
berlari)
Pangeran : tunggu! Apa yang sedang
kau lakukan ?
Bawang Putih : maaf pangeran. Tadi
aku mengambil baju ibu tiriku yang
hanyut di aliran sungai di samping
istana ini.
Tiba-tiba ibu bawang merah
menghampiri mereka..
Ibu Bawang Merah : bawang putih?
Kenapa kau ada di sini ? seharusnya
kau membersihkan rumah!
Bawang Merah : dasar pemalas!
Ngapain kamu disini? Pulang sana !
Bawang Putih : maafkan aku. Aku
akan segera pulang bu.
Pangeran : oh jadi benar bawang putih
adalah saudara kalian. Kenapa kalian
memperlakukannya seperti itu?
Bawang Bombay : tidak pangeran!
Sungguh dia adalah pesuruh di rumah
bawang merah.
Bawang merah : benar apa yang
dikatakan bawang bombay! Lihatlah
pengaran! Bawang putih mencuri kotak
perhiasanku, berikan perhiasan itu!!
Bawang Putih : jangan bawang merah ,
jangan ! (rebutan)
Ibu bawang Merah : dasar kau ! anak
tak punya malu !!
Bawang Merah : lihat pangeran,
perhiasan ini lebih cocok dipakai
olehku dan ibu ku.
Ibu Bawang Merah : ini karna aku baik
hati aku berikan satu perhiasan
untukmu bawang bombay !
Bawang Bombay : oh~ terimakasih.
Bawang merah, ibu bawang, dan
bawang bombay pun memakai perhiasan
itu
Bawang Merah : ah tidak ! kenapa
kulitku gatal gatal begini perih pula !!
ada apa ini.
Ibu Bawang Merah : aduh kulitku gatal
sekali !!
Bawang Bombay : aah~ kulitkuuuuu..
Pangeran : kalian pasti selalu jahat
pada bawang putih. Dan itu ganjaran
untuk kalian. Sekarang cepat minta
maaf pada bawang putih !!
Peri : apa yang kalian lakukan pada
bawang putih selama ini sungguh
sangat jahat. Dan sekarang kalian
telah mendapatkan balasan yang
setimpal. Cepat minta maaf pada
bawang putih, jika tidak keadaan
kalian akan terus seperti ini.
Pangeran : sungguh aku tak
menyangka, kalian akan sejahat itu
pada bawang putih.
Bawang Merah : bawang putih ! aku
mohon maafkan aku. Maaf karna
sikapku selalu jahat padamu. Sungguh
aku minta maaf.
Ibu Bawang Merah : maafkan ibu nak,
ibu sudah berprilaku kasar padamu.
Maafkan ibu.
Bawang Bombay : maafkan aku, aku
sudah menjadi teman yang sangat
jahat padamu.
Bawang Putih : sudahlah. Aku sudah
memaafkan kalian. Aku yakin kalian
bisa berubah.
Bawang Merah : terimakasih bawang
putih. Kau memang sangat baik.
(memeluk bawang putih)
Ibu Bawang Merah : maafkan kami
pangeran, kami telah membuat
kegaduhan di istana ini.
Pangeran : baiklah, aku maafkan
asalkan kalian berjanji untuk tidak
mengulanginya lagi. Sekarang kalian
boleh pulang
Bawang Merah : baiklah
Pangeran : biar pengawalku
mengantarkan kalian. Pengawal…
Pengawal : iya pangeran..
Pangeran : antarkan mereka pulang
pastikan mereka selamat sampai di
rumah.
Pengawal : baik pangeran
Pengawal mengantar Bawang Merah,
Ibu Bawang Merah, dan Bawang
Bombay pulang ke rumah.
Bawang Putih : baiklah, saya juga izin
pulang pangeran
Pangeran : tunggu….(menarik tangan
bawang putih)
Bawang Putih : ada apa pangeran
Pangeran : aku ingin mengatakan
sesuatu padamu, maukah kau menjadi
pendamping hidupku…
Bawang Putih : (menunduk)
Pangeran : kenapa putih? Kau tidak
bersedia?
Bawang Putih : maafkan saya
pangeran, tapi saya hanya gadis desa,
apa pantas saya menjadi istri seorang
pangeran.
Pangeran : kenapa tidak putih, kamu
cantik dan kamu mempunyai hati yang
baik, kamu layak bersamaku, aku
mohon..
Bawang Putih : (berfikir kemudian
mengangguk) baiklah pangeran
Pangeran : terima kasih putih, aku
akan segera datang ke rumahmu untuk
melamarmu.
Bawang Putih : (tersenyum menatap
pangeran).
Akhirnya Pangeran melamar bawang
putih, dan meminta izin pada ibu
tirinya untuk menikahi bawang putih.
Pada saat yang telah ditentukan,
Bawang putih dan Pangeran menikah,
pesta dansa pun digelar cukup meriah,
bunga berwarna-warni menghiasi
setiap sudut rumah, beraneka macam
hidangan lezat disajikan, kebahagian
tampak menyelimuti rumah mewah itu
dan mereka hidup bahagia selamanya.

0 komentar:

Post a Comment

 

Find me on

Facebook  Twitter  Instagram  Youtube

Jumlah Viewer Sampai Saat ini: