Rusinah Baskha. Powered by Blogger.
Showing posts with label CERITA PENGANTAR TIDUR. Show all posts
Showing posts with label CERITA PENGANTAR TIDUR. Show all posts

Sunday, August 25, 2024

Batu Permata Persahabatan

 

Di sebuah desa kecil yang dikelilingi hutan lebat, hiduplah dua sahabat sejati bernama Banu dan Dimas. Banu adalah seorang anak petani yang pandai dan penuh semangat, sedangkan Dimas adalah anak seorang pemburu yang pemberani dan bijaksana. Meski latar belakang mereka berbeda, persahabatan mereka sangat erat.

Setiap hari, mereka berdua menghabiskan waktu bersama menjelajahi hutan, bermain, dan belajar dari alam. Banu selalu membawa buku catatan untuk mencatat segala hal yang mereka temukan, sementara Dimas membawa busur dan anak panah untuk berjaga-jaga dari bahaya.

Suatu hari, saat sedang menjelajahi bagian terdalam hutan, mereka menemukan sebuah gua yang tersembunyi. Dengan penuh rasa penasaran, mereka memutuskan untuk masuk. Di dalam gua, mereka menemukan sebuah batu permata besar yang memancarkan cahaya indah. Banu dan Dimas terpesona oleh keindahan batu tersebut, tetapi mereka sadar bahwa mereka tidak bisa membawa batu itu keluar sendiri.

Dengan hati-hati, mereka memutuskan untuk kembali ke desa dan meminta bantuan. Mereka mengumpulkan penduduk desa dan menceritakan penemuan mereka. Seluruh desa setuju untuk membantu membawa batu permata itu keluar dari gua. Dengan kerja sama dan persatuan, mereka berhasil mengeluarkan batu tersebut dan meletakkannya di tengah desa sebagai simbol persatuan dan kekuatan komunitas.

Namun, persahabatan Banu dan Dimas diuji ketika seorang pedagang asing datang ke desa dan menawarkan sejumlah besar uang untuk batu permata itu. Penduduk desa terpecah; sebagian ingin menerima tawaran itu untuk memperbaiki kehidupan mereka, sementara yang lain ingin menjaga batu itu sebagai simbol persahabatan dan persatuan.

Banu dan Dimas berdiskusi panjang lebar tentang apa yang harus dilakukan. Banu, yang selalu berpikir logis, merasa bahwa menerima uang itu bisa membantu desa mereka berkembang. Sementara itu, Dimas yang penuh kebijaksanaan merasa bahwa nilai batu itu lebih dari sekadar uang; batu itu adalah simbol dari petualangan dan persahabatan mereka.

Akhirnya, mereka memutuskan untuk berbicara kepada seluruh desa dalam sebuah pertemuan besar. Dengan penuh semangat, Banu menjelaskan manfaat yang bisa diperoleh dari uang tersebut, sementara Dimas mengingatkan akan pentingnya menjaga simbol persatuan dan persahabatan mereka.

Penduduk desa akhirnya sepakat untuk tidak menjual batu permata itu. Sebagai gantinya, mereka memutuskan untuk mendirikan sebuah pusat komunitas di sekitar batu tersebut, di mana penduduk bisa berkumpul, belajar, dan bekerja sama untuk membangun masa depan yang lebih baik.

Seiring berjalannya waktu, desa itu berkembang menjadi desa yang makmur dan bersatu. Persahabatan Banu dan Dimas semakin erat, dan mereka dikenal sebagai pahlawan yang membawa perubahan positif di desa mereka. Batu permata itu tetap berdiri sebagai simbol kekuatan persahabatan dan persatuan, mengingatkan setiap orang bahwa dengan kerja sama dan kebijaksanaan, segala sesuatu bisa dicapai.

Thursday, December 11, 2014

ABUNAWAS MENANAM KENTANG

Pagi itu cuaca cerah, Abunawas dan istrinya sedang berkebun di ladang milik mereka. Ladang yang terletak di belakang rumah mereka itu cukup luas untuk sekedar menanam hasil bumi yang dapat menunjang hidup mereka sekeluarga.
Sambil menyeka peluh yang mulai membasahi kening dan sekujur tubuhnya, Abunawas berkata dalam hati “enak betul orang kaya yang bergelimang harta, mereka tanpa bekerja keras seperti aku bisa makan enak, hidup nyaman tanpa harus capek bekerja di ladang seperti aku”.
“Kita sudah mencangkul dari pagi, hingga tengah hari ini baru sepertiga bagian yang bisa kita cangkul ya istriku”. Abunawas berkata kepada istrinya. Istrinya hanya tersenyum sambil menjawab “ Iya suamiku, kita harus bekerja lebih keras agar dua hari lagi kita dapat menanam bibit kentang kita”.
Abunawas dan istrinya tidak tahu kalau pengawal kerajaan sedang menuju rumah mereka. Setelah sampai di depan rumah Abunawas , para pengawal kerajaanpun segera berteriak memanggil si empunya rumah. “ Abunawas …Abunawas … Dimana kau… lekas kemari!”
Abunawas yang mendengar teriakkan memanggil namanyapun bergegas datang. Betapa terkejutnya Abunawas begitu mendekat sumber suara yang memanggilnya tadi, tanpa diduga tiba-tiba ia disergap dan ditangkap seperti layaknya penjahat.
“Hai…apa-apaan ini… lepaskan aku…apa salahku?” Sambil berontak Abunawas berusaha melawan dan melepaskan diri. Diam…kau Abunawas , tidak usah berontak….kami kesini ditugaskan Sultan untuk menangkapmu!” bentak pengawal yang merangket Abunawas .
Istri Abunawas yang melihat kejadian itu hanya bisa berteriak dan menangis. “Lepaskan suamiku … lepaskan suamiku, tuan…apa salahnya sehingga tuan menangkapnya?” Pengawal yang sedang berusaha mengikat Abunawas ke kudanya itu segera melotot ke arah istri Abunawas.

“Diam kau…kami hanya menjalankan tugas untuk menangkap dan menghukum Abunawas !”
Akhirnya dengan diiringi tangis istrinya, Abunawas ditangkap dan dibawa ke penjara kerajaan Abunawas hanya bisa mengumpat dalam hati,” Lihat saja kalian…akan kubalas perbuatan kalian…istriku sabarlah pasti aku pulang kerumah secepatnya."

Abunawas hanya bisa berjalan terseok-seok dengan tangan terikat yang ditarik kuda para pengawal kerajaan itu. Para pengawal terus tertawa senang melihat penderitaan Abunawas sambil terus mempermainkan tali ikatan tangan Abunawas. Sehingga sesekali Abunawas terjatuh atau terseret karena kelakuan para pengawal tersebut. Setelah menempuh perjalanan satu hari satu malam dan tiga kali berhenti untuk beristirahat, akhirnya sampailah mereka ke penjara kerajaan. Segera Abunawas dimasukkan dalam sel yang lembab, kotor, sempit dan gelap. “ Hai sampai kapan aku di kurung di sini…apa salahku?” teriak Abunawas ketika para pengawal itu mau meninggalkanya. “Pikir saja sendiri apa salah mu Ali… dan sampai kapan kau di sini kami tidak peduli!” Jawab pengawal itu ketus sambil berlalu. Abunawas hanya bisa merenungi nasibnya sambil berpikir bagaimana caranya supaya ia dapat keluar dari penjara itu. Ia teringat istrinyadirumah, kasihan istrinya tentu ia merasa sedih dan bingung atas kejadian yang menimpanya kini.

Abunawas juga teringat ladangnyayang belum selesai ia Tanamikentang, danmembayangkan betapa repotnya sang istrimengurus ladang seorang diri. Setelah lama merenung dan berpikir akhirnya Abunawas menemukan ide. Segera ia menulis surat untuk istrinya di rumah, dan isi surat itu berbunyi :

Istriku tercinta 
Jangan bersedih dengan keadaanku sekarang ini, aku baik-baik saja. Sepeninggalku tak usah kamu kuatir bagaimana kamu menghidupi dirimu sendirian. Istriku tercinta Ketahuilah kalau kita masih punya simpanan harta karun yang berupa emas, permata dan berlian. Semua itu aku kubur di ladang kentang di belakang rumah kita. Cobalah kau gali pasti kau akan menemukannya. Gunakanlah untuk mencukupi kebutuhannmu selama aku di sini.
Suamimu tercinta. Abu Nawas
 
Setelah selesai menuliskan surat tersebut, Abunawas memanggil penjaga dan memintanya untuk mengantarkan surat itu kepada istrinya. Penjaga yang dititipi surat Aliaba penasaran dan membuka surat Abunawas untuk istrinya tersebut. Setelah mengetahui isi surat tersebut, sang penjaga melaporkan kepada Sultan Harun Al Rasyid.
Begitu membaca surat Abunawas untuk istrinya tersebut Sultan memerintahkan beberapa pengawalnya untuk pergi kerumah Abunawas. Para pengawal tersebut diperintahkan untuk menggali ladang kentang milik Abunawas dan mengambil harta karun yang ada di ladang tersebut.
 

Tak berapa lama kemudian sampailah para pengawal kerajaan di rumah Abunawas. Tanpa permisi mereka lalu menuju ke ladang kentang milik Abunawas. Mereka menggali ladang kentang tersebut. Istri Abunawas yang tidak tau apa- apa heran melihat banyak pengawal menggali ladang kentangnya. Tapi dalam hatinya senang juga karena pekerjaan mencangkul ladang sekarang sudah ada yang mengerjakannya meskipun Abunawas tidak ada dirumah. Sudah seluruh tanah di ladang milik Abunawas digali tapi tidakada harta karun yang dijumpai.Akhirnya para pengawal itu memutuskan untuk menghentikan penggalian dan kembali ke kerajaan dan melaporkan kejadian itu kepada Sultan.

Abunawas yang mendengar para pengawal sudah kembali dari rumahnya kemudian menulis surat lagi untuk istrinya.
Istriku tercinta 
Sultan sudah sangat baikmengirimkan para pengawalnya untuk membantu kita mengolah tanah di ladang. Sekarang ladang kita sudah dicangkul semua. Sekarang kamu tentu lebih mudah menanam kentang, tidak usah repot lagi mencangkul ladang sebegitu luas. Sabarlah istriku, aku akan cepat pulang karena Sultan orang yang bijaksana. Beliau tahu kalau aku tidak bersalah. Pasti sebentar lagi aku akan dibebaskan.
Suamimu
Abunawas

Surat itu lalu dititipkan kepada penjaga penjara untuk disampaikan kepada istrinya di rumah. Dan sesuai dugaan Abunawas, surat itu disampaikan ke Sultan oleh penjaga penjara. Setelah tahu isi surat itu, Sultan merasa malu kepada dirinya sendiri. Sebagai seorang Sultan yang berkuasa tidak sepantasnyalah Beliau penjarakan Abunawas= dengan alasan yang tidak jelas. Beliau sadar akan kekeliruannya itu, kemudian memerintahkan pengawalnya untuk membebaskan Abunawas dari penjara.
 

Find me on

Facebook  Twitter  Instagram  Youtube

Jumlah Viewer Sampai Saat ini: