Rusinah Baskha. Powered by Blogger.

Tuesday, April 22, 2014

RENUNGAN : Amarah dan Paku

<em> Aku tidak bisa meredam amarahku
setiap hari. Ayahku menyadari hal ini.
Untuk mengurangi rasa amarahku,
Ayahku memberikan sekantong paku
dan mengatakan kepadaku agar aku
memakukan paku itu ke pagar di
belakang rumah tiap kali aku marah.
Hari pertama aku bisa memakukan 48
paku ke pagar belakang rumah. Namun
secara bertahap jumlah itu berkurang.
Aku menyadari bahwa lebih mudah
menahan amarah ketimbang memaku
paku ke pagar. Akihrnya aku bisa
menahan dan mengendalikan amarah ku
yang selama ini telah memburuku. Aku
memberitakukan hal ini kepada Ayahku.
Ayahku mengatakan agar aku mencabut
satu paku di pagar setiap hari dimana
aku tidak marah. Hari-hari berlalu dan
tidak terasa paku-paku yang tertancap
tadi telah aku cabut dan lepaskan
semua. Aku memberitahukan hal ini
kepada Ayahku bahwa semua paku telah
aku cabut.
Ayah tersenyum memandangku, dan ia
menuntunku ke pagar. Dan berkata
“Hmm, kamu telah berhasil dengan baik
anakku, tapi, lihatlah lubang-lubang di
pagar ini. Pagar ini tidak akan pernah
bisa sama seperti sebelumnya.
“Ketika kamu mengatakan sesuatu
dalam kemarahan. Kata-katamu
meninggalkan bekas.”
Aku menyadari hal ini bahwa aku setiap
kali marah aku teringat pada orang
yang aku dendam tersebut. Ayah
tambah berkata
“Seperti lubang ini … di hati orang
lain.
Kamu dapat menusukkan pisau pada
seseorang, lalu mencabut pisau itu …
Tetapi tidak peduli beberapa kali kamu
minta maaf, luka itu akan tetap ada …
dan luka karena kata-kata adalah
sama buruknya dengan luka fisik …”
Terima Kasih Ayah, kini aku dapat
meredam dan mengendalikan amarahku
setiap saat dan setiap waktu. </em>

0 komentar:

Post a Comment

 

Find me on

Facebook  Twitter  Instagram  Youtube

Jumlah Viewer Sampai Saat ini: